22 Oktober 2024

,

Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Kompas Dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan

 


Dunia pendidikan adalah arena yang kompleks, di mana setiap keputusan yang diambil memiliki konsekuensi yang luas. Untuk itu, kita membutuhkan kompas yang kokoh, yaitu nilai-nilai kebajikan, sebagai panduan dalam setiap langkah kita. Nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan pondasi yang kuat dalam membangun karakter peserta didik. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, nilai-nilai inilah yang harus menjadi pertimbangan utama. Pengambilan keputusan dalam pendidikan bukanlah sekadar memilih opsi terbaik, tetapi juga tentang memilih opsi yang paling bernilai. Nilai-nilai kebajikan menjadi filter yang membantu kita membedakan pilihan yang baik dan buruk.

1. Kaitan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan

Filosofi Ki Hajar Dewantara, terutama konsep ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani, sangat relevan dengan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus menjadi teladan (ng ngarso sung tulodo) dalam mengambil keputusan yang berpihak pada murid. Ia juga harus mampu membangun semangat dan motivasi murid (ing madya mangun karso) melalui keputusan-keputusan yang diambil. Selain itu, pemimpin juga harus memberikan dukungan dan bimbingan kepada murid (tut wuri handayani) dalam menghadapi konsekuensi dari keputusan yang diambil.

2. Pengaruh Nilai-nilai Pribadi terhadap Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai yang kita anut akan menjadi filter dalam setiap keputusan yang kita ambil. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan integritas akan mempengaruhi pilihan kita. Jika kita menjunjung tinggi kejujuran, maka kita akan cenderung membuat keputusan yang transparan dan akuntabel.

3. Peran Coaching dalam Pengambilan Keputusan

Coaching berperan penting dalam membantu kita merefleksikan keputusan yang telah kita ambil. Melalui coaching, kita dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam proses pengambilan keputusan, serta menemukan cara untuk meningkatkan kualitas keputusan di masa mendatang.

4. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Pengambilan Keputusan

Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu guru dalam mengelola emosi diri dan orang lain. Hal ini sangat penting dalam menghadapi dilema etika, di mana kita seringkali dihadapkan pada situasi yang menimbulkan tekanan emosi.

5. Kaitan Studi Kasus dengan Nilai-nilai Pendidik

Studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika memberikan kesempatan bagi kita untuk merefleksikan nilai-nilai yang kita anut sebagai pendidik. Melalui studi kasus, kita dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan mengambil keputusan yang berlandaskan nilai-nilai tersebut.

6. Dampak Pengambilan Keputusan terhadap Lingkungan Belajar

Pengambilan keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Sebaliknya, keputusan yang salah dapat merusak lingkungan belajar dan berdampak negatif pada siswa.

7. Tantangan dalam Mengambil Keputusan Etis

Tantangan dalam mengambil keputusan etis seringkali berkaitan dengan tekanan sosial, kepentingan pribadi, dan perubahan paradigma. Perubahan paradigma, misalnya, dapat menimbulkan konflik antara nilai-nilai lama dan nilai-nilai baru.

8. Kaitan Pengambilan Keputusan dengan Pembelajaran Merdeka

Pengambilan keputusan yang tepat akan mendukung pembelajaran merdeka. Guru dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih materi pembelajaran, metode belajar, dan cara mengevaluasi diri, dengan tetap memperhatikan potensi dan kebutuhan masing-masing siswa.

9. Dampak Pengambilan Keputusan terhadap Masa Depan Murid

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan berdampak jangka panjang pada kehidupan siswa. Keputusan yang tepat dapat membuka peluang bagi siswa untuk meraih kesuksesan, sedangkan keputusan yang salah dapat membatasi potensi mereka.

10. Kesimpulan dan Pemahaman Konsep

Modul ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan bagi seorang pemimpin pembelajaran. Konsep-konsep seperti dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah pengambilan keputusan sangat membantu dalam menghadapi berbagai situasi kompleks di sekolah.

11. Perubahan setelah Mempelajari Modul

Setelah mempelajari modul ini, saya menjadi lebih sadar akan pentingnya nilai-nilai etika dalam setiap keputusan yang saya ambil. Saya juga lebih terlatih dalam menganalisis situasi, menimbang berbagai alternatif, dan memilih keputusan yang paling tepat.

12. Pentingnya Modul

Modul ini sangat penting bagi saya sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Pengetahuan yang saya peroleh dari modul ini akan membantu saya menjadi pemimpin yang lebih efektif dan bijaksana.

Kesimpulan

Modul 3.1 PGP memberikan bekal yang sangat berharga bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang efektif. Dengan memahami konsep-konsep pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, guru dapat membuat keputusan yang bijaksana dan bertanggung jawab, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung pertumbuhan siswa.

 


Continue reading Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Kompas Dalam Pengambilan Keputusan Pendidikan

21 Oktober 2024

,

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Dokumentasi Wawancara Bersama Kepsek SMPN 2 Mendoyo


Wawancara 1

Narasumber : I Putu Gunarsa,S.Pd.,M.Pd.

Kepala Sekolah: SMP Negeri 2 Mendoyo

 

Kasus yang pernah dihadapi oleh Bapak Gunarsa berkaitan dengan  guru yang sering izin untuk mengantar atau menjemput anaknya sekolah sehingga kelas menjadi kosong 15-20 menit dan menyebabkan siswa tidak mendapatkan pembelajaran secara efektif. Disatu sisi rasa kasihan dan peduli terhadap guru selain memiliki tanggung jawab sebagai guru juga tanggung jawab sebagai orang tua , di sisi lain tanggung jawab sebagai guru menjadi terabaikan.

 

Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

Berdasarkan kasus tersebut, terjadi dilema etika yang ditandai dengan adanya pilihan yang sama-sama benar. Tidak ada bujukan moral dalam kasus ini karena tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi. Sehingga untuk mengidentifikasi antara dilema etika dan bujukan moral perlu dilihat dari tipe kasus dan pilihan yang muncul.

Selama ini bagaimana anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus dimana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebijakan?

Selama ini dalam menjalankan pengambilan keputusan saya mempertimbangkan berbagai kepentingan dan melakukan komunikasi dengan seluruh warga sekolah, agar mendapatkan pertimbangan dalam memutuskan suatu permasalahan.

Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Membuktikan apakah benar Guru tersebut tidak ada keluarga atau kerabat yang bisa mengantar/ menjemput anaknya. Mencari solusi dari permasalahannya dengan berdiskusi dengan guru yang bersangkutan.

Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada pengambilan kasus-kasus dilema etika?

Memastikan agar guru tersebut dapat menjamin kelas yang ditinggal bisa kondusif dan memberdayakan guru piket dan guru yang ada di sekolah.

Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Sulit untuk mengatakan tidak boleh, karena memiliki anak yang masih dibawah umur perlu kehati-hatian agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan akan tetapi guru dapat mengkondisikan pembelajaran dikelas karena guru meninggalkan kelas pada saat pembelajaran.

Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang anda jalankan?

Tidak ada  jadwal khusus dalam menyelesaikannya, kasus diselesaikan segera pada saat itu.

Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Para wakasek, guru piket dan stake holder sekolah.

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Pembelajaran yang dipetik adalah pengalaman belajar untuk merefleksi aturan yang ada dan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.

 

 

Dokumentasi Waeancara Bersama Kepsek  SDN 1 Mendoyo Dangin Tukad

Wawancara 2

Narasumber : I Gusti Kade Eri Gunawan,S.Pd.

Kepala Sekolah: SD Negeri 1 Mendoyo Dangin Tukad

 

Kasus yang pernah dihadapi oleh Bapak Eri Gunawan yaitu saat pengambilan keputusan terkait murid-murid yang yang tidak menggunakan seragam batik pada hari yang sudah ditentukan dikarenakan siswa belum bisa membeli baju seragam batik karena orang tua belum memiliki uang. Disatu sisi rasa kasihan dan peduli terhadap siswa karena berasal dari keluarga yang tidak mampu di sisi lain siswa sudah melanggar peraturan yang telah disepakati sekolah.

 

Selama ini, bagaimana Anda dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?

Berdasarkan kasus tersebut, terjadi dilema etika yang ditandai dengan adanya pilihan yang sama-sama benar dan sama-sama memiliki alasan yang masuk akal. Tidak ada bujukan moral dalam kasus ini karena tidak ada pelanggaran hukum yang terjadi. Sehingga untuk mengidentifikasi antara dilema etika dan bujukan moral perlu dilihat dari tipe kasus dan pilihan yang muncul.

Selama ini bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di sekolah anda, terutama untuk kasus-kasus dimana ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebijakan?

Melakukan pendekatan dengan murid tersebut, memberi penguatan bahwa mematuhi aturan sangat penting agar tercipta kedisiplinan. Selain itu saya selaku Kepala Sekolah melakukan pendekatan melalui rapat dewan guru untuk memberikan bersama-sama mengumpulkan dana iuran untuk membelikan seragam siswa yang tidak mampu dan mendata siswa yang tidak mampu agar diajukan KIP pada Dapodik sekolah.

Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan selama ini?

Mencari tahu mengapa masalah ini bisa terjadi. Melakukan pendekatan dengan peserta didik dengan mengingatkan mereka bahwa hal terpenting tentang menjaga kedisiplinanan sekolah.

Hal-hal apa saja yang selama ini anda anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada pengambilan kasus-kasus dilema etika?

Melakukan pendekatan memberikan sosialisasi dengan menghadirkan orangtua/wali siswa berkoordinasi dengan komite sekolah

Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?

Merubah mindset siswa, karakter siswa, penanaman moral pada diri siswa agar dapat memahami dan mejalankan bahwa bagaimana kewajiban mereka sebagai seorang murid.

Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang anda jalankan?

Fleksibel kasus yang bersifat urgen yang perlu penanganan segera akan diselesaikan pada saat itu juga sedangkan kasus yang perlu kolaborasi antara orang tua, guru dan siswa diselesaikan pada  jadwal yang telah disepakati.

Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?

Ketua komite, rekanan, wali kelas.

Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika?

Pembelajaran yang dipetik adalah sebelum memutuskan sesuatu kita harus pikirkan dengan sebaik-baiknya keputusan yang akan kita ambil, dengan musyawarah dan melakukan kolaborasi dengan pihak terkait.

 
Analisis dan refleksi

1. Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?

Dalam wawancara ini, hal menarik yang saya temukan yaitu dua Kepala Sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berbeda mampu bersinergi dalam mengelola sekolah. Satu sosok yang tegas dan berorientasi pada aturan, sementara yang lain lebih fleksibel dan humanis. Keduanya memiliki cara pandang yang unik dalam menghadapi permasalahan. Satu lebih menekankan pada aspek keadilan, sementara yang lain lebih memperhatikan aspek rasa peduli. Namun, di balik perbedaan ini, terdapat kesamaan yang mendasari: komitmen untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi semua.

Tidak ada hal yang mengganjal selama wawancara berlangsung karena kedua Kepala Sekolah menunjukkan pemahaman yang baik tentang apa yang merupakan dilema etika dan bujukan moral dalam konteks sekolah. Mereka memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi situasi-situasi di mana keputusan sulit harus diambil.

2. Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?


Persamaan


Kedua Kepala Sekolah memiliki pemahaman yang kuat tentang apa yang merupakan dilema etika dan bujukan moral dalam konteks sekolah. Mereka dapat mengidentifikasi situasi-situasi yang memerlukan pengambilan keputusan etis.


Kedua Kepala Sekolah menekankan pentingnya pada nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan. Mereka menjadikan etika dan moral dalam mengatasi dilema. Keduanya menyoroti kerjasama dengan stakeholder, seperti komite sekolah atau orang tua, dalam pengambilan keputusan yang melibatkan dilema etika


Perbedaan


Ada perbedaan dalam langkah-langkah atau prosedur yang mereka ikuti dalam pengambilan keputusan. Pak Gunarsa hukum dan regulasi, sementara Pak Eri menekankan pada konsultasi dengan guru dan komite sekolah.


3. Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

Rencana kedepan, harus adanya prosedur khusus dalam mengambil keputusan sehingga dapat diukur seberapa efektif hasil pengambilan keputusan tersebut dilihat dari faktor resiko atau dampaknya. Kedua Kepala Sekolah akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika dengan berdasarkan paradigma dan prinsip yang sesuai dengan kasus yang dihadapi dan mengujinya menggunakan 9 langkah pengambilan keputusan sehingga diperoleh hasil keputusan yang bijaksana, mulai dari lingkup terdekat yaitu di lingkungan kelas saat menyelesaikan kasus yang dihadapi oleh murid.

4. Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?


  • Saya sangat menekankan pentingnya etika dalam pengambilan keputusan. Setiap langkah yang diambil diarahkan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya menguntungkan individu, tetapi juga sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku.
  • Saya menyadari bahwa keputusan yang baik melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, saya menekankan pentingnya melibatkan semua pihak yang relevan, seperti orang tua, staf sekolah, dan guru BK, dalam proses pengambilan keputusan.
  • Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya menyadari bahwa  memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan semua pihak. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk menjadi contoh dalam menerapkan prinsip-prinsip etika dalam pengambilan keputusan.
  • Saya tidak hanya berfokus pada penerapan langkah-langkah yang ada, tetapi juga menekankan pentingnya belajar dan berkembang. Melalui refleksi dan evaluasi terhadap keputusan yang telah diambil, saya berharap dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi dilema-dilema etika di masa depan.

No.

Tugas

Ada (A)/

Tidak Ada (TA)

1.

Isi: Hal-hal menarik apa yang muncul dari wawancara tersebut, pertanyaan-pertanyaan mengganjal apa yang masih ada dari hasil wawancara bila dibandingkan dengan hal-hal yang Anda pelajari seperti 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian, apa yang Anda dapatkan?

A

2.

Isi: Bagaimana hasil wawancara antara 2-3 pimpinan yang Anda wawancarai, adakah sebuah persamaan, atau perbedaan. Kira-kira ada yang menonjol dari salah satu pimpinan tersebut, mengapa, apa yang membedakan?

A

3.

Isi: Apa rencana ke depan para pimpinan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana mereka bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan mereka?

A

4.

Isi: Bagaimana Anda sendiri akan menerapkan pengambilan keputusan dilema etika pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

A

5.

Teknis: Kejelasan suara/tulisan di video/blog naratif Anda, format apa yang akan gunakan, sudahkah Anda mengujinya/membacanya dan melihat hasilnya/membayangkan bila orang lain membaca tulisan Anda?

A

6.

Teknis: Durasi waktu/panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk maksimal dan minimal waktu berbicara, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan Anda, dan kepadatan/intisari  materi yang Anda ingin sampaikan?

A



 

 

 

 

  

Continue reading Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

20 Oktober 2024

,

Ruang Kolaborasi Sesi Presentasi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 


Rukol sesi presentasi pada modul 3.1 ini diselenggarakan pada hari Selasa, 15 Oktober 2024. Tujuan Pembelajaran dari sesi ini adalah CGP dapat berbagi, berkolaborasi dan menerapkan keterampilan pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Adapun tugas yang harus dilaksankakan oleh CGP yaitu:

  • Setiap kelompok (yang terdiri dari 3 - 4 orang) ditugaskan mencari suatu studi kasus yang berisi suatu unsur dilema etika.
  • Menentukan paradigma, prinsip dan tahapan pengambilan keputusan.
  • Setiap anggota kelompok membagi pengalaman dan gagasannya dalam pengambilan keputusan terhadap studi kasus pilihan

KASUS DILEMA ETIKA

Saat itu saya mengajar di kelas 6. Kebetulan di semester 2, salah satu siswa saya sering ijin tidak sekolah karena menjaga ibunya yang sedang sakit, sehingga prestasinya menurun. Di sisi lain ada siswa yang kemampuan akademiknya kurang tetapi ia rajin sekolah. Saya sempat dilema karena siswa saya banyak yang berpikir kritis, mereka menanyakan kondisi temannya yang jarang hadir apakah diperbolehkan mengikuti Ujian Sekolah dan nilainya apakah sama dengan kita yang rajin sekolah. Sebelumnya saya memberitahu mereka kondisi temannya tersebut dan menyampaikan kalau ia tetap belajar serta mengerjakan tugas secara daring.

 

Melihat hal tersebut saya langsung menghadap ke kepala sekolah dan menyampaikan ke rekan-rekan guru terkait permasalahan di kelas. Karena saya ingin anak tersebut tetap bisa mendapatkan haknya dengan menjalankan kewajibannya kemudian saya ingin siswa yang lain tidak merasa diperlakukan secara tidak adil. Jadi hal yang saya lakukan yaitu bersama kepala sekolah saya mencari siswa tersebut dan bertemu dengan ibunya, saya sampaikan tujuan saya kesana dan solusi yang saya dan kepala sekolah berikan agar siswa itu mau kembali rajin masuk sekolah, sehingga tidak ada rasa ketidakadilan di antara siswa di kelas.

Paradigma yang digunakan adalah Keadilan lawan rasa kasihan . Prinsip Berpikir berbasis rasa peduli (Care Based-Thinking)

Nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut adalah Nilai keadilan dan Empati

Yang terlibat dalam situasi tersebut adalah Guru dan siswa

fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut yaitu, Siswa sering ijin tidak sekolah karena menjaga ibunya yang sedang sakit, dan banyak siswa di dalam kelas yang protes

Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

  • Tidak ada aspek pelanggaran hukum pada uji legal
  • Ada pelanggaran kode etik profesi pada uji regulasi karena guru menutupi kesalahan siswa tersebut di depan siswa lainnya
  • Menurut kami tidak yang salah dari kasus tersebut pada pengujian intuisi
  • Jika pilihan tersebut dipublikasikan kami akan merasa nyaman, karena tujuan dari pilihan tersebut untuk membantu peserta didik
  • Keputusan yang panutan kami ambil adalah berkomunikasi dengan atasan dan rekan sejawat untuk menemukan solusi

Paradigma yang terjadi pada situasi tersebut adalah keadilan lawan rasa kasihan

prinsip penyelesaian dilema yang dipakai yaitu, Berpikir Berbasis Rasa Peduli (care-based thinking)

Opsi Trilemma: memberikan waktu luang untuk siswa tersebut pulang ketika sudah waktu jam makan ibunya, jadi dia tetap masuk sekolah sambil mengurus ibunya yang sedang sakit karena kebetulan jarak rumah dan sekolah tidak terlalu jauh.

keputusan yang diambil, berkomunikasi dengan Kepala sekolah dan rekan guru yang lain,lalu mengambil keputusan terbaik yaitu, siswa diberi keringanan dalam menjalankan proses belajar sehingga siswa tersebut tetap bisa menyelesaikan tugasnya sebagai siswa dan tanggung jawabnya sebagai anak, dalam merawat ibunya. Sementara, siswa lainnya juga mendapat keadilan tanpa merasa dicurangi.

refleksi: terjadi dilema etika karena saya dihadapkan pada situasi yang memberikan pilihan yang keduanya benar. Bila saya membiarkan anak tersebut kemungkinan siswa itu akan tetap malas sekolah atau bahkan bisa berhenti sekolah. Namun jika saya mengabaikan kritikan dari siswa lainnya maka akan menimbulkan rasa ketidakadilan. Oleh sebab itu, ada kalanya kita harus mempertimbangkan sesuatu yang berpihak kepada murid seperti unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan.

Apakah tahapan pengujian kasus sudah tepat?

Menurut kelompok kami sudah tepat Karena pengambilan keputusan pada kasus tersebut sudah memuat analisis paradigma, prinsip dan 9 langkah tahapan pengujian kasus

Kira-kira sudah tepatkah pilihan keputusan dalam kasus tersebut?

Menurut kelompok kami, pilihan yang diambil sudah tepat,

meski masih ada kesalahan/pelanggaran kode etik pada uji regulasi

Namun jika terjadi kondisi terburuk, yaitu anak tersebut putus sekolah karena masalah yang dihadapi, kira-kira apa keputusan terbaik yang dapat diambil? bagaimana jika pertanyaan ini kita bahas dalam sesi diskusi?

 

 

 


 



 



 


Continue reading Ruang Kolaborasi Sesi Presentasi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
,

Ruang Kolaborasi Sesi Diskusi Modul 3.1

 


Ruang Kolaborasi dari Modul 3.1 dengan tema Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin diselenggarakan pada hari Senin, 14 Oktober pukul 15.00 Wita. Pada sesi ini CGP dibagi menjadi 3 kelompok dimana saya berada pada kelompok 1 bersama Pak Darma, Bu Ella dan B. Pitri. Pada rukol kali ini kami saling bercerita kasus dilemma yang pernah dihadapi CGP disekolah masing-masing. Dari 4 kasus dilemma yang diceritakan kami sepakati untuk membahas kasus yang Bu Ella hadapi

Sebelum pembahasan diskusi berlangsung kita melakukan refleksi terlebih dahulu mengenai Paradigma Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. 4 Paradigma Pengambilan Keputusan

Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak menyoroti pentingnya pengambilan keputusan yang bijak bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk membantu guru dalam mengambil keputusan yang tepat, modul ini memperkenalkan 4 paradigma pengambilan keputusan, yaitu:

  1. Berpikir Berbasis Fakta (Fact-Based Thinking)
    • Fokus: Mengumpulkan data dan informasi yang relevan sebelum mengambil keputusan.
    • Kelebihan: Keputusan yang diambil lebih objektif dan terukur.
    • Contoh: Seorang guru menggunakan data hasil belajar siswa untuk menentukan metode pembelajaran yang paling efektif.
  2. Berpikir Berbasis Nilai (Values-Based Thinking)
    • Fokus: Menganalisis nilai-nilai yang diyakini dan dipegang teguh sebelum mengambil keputusan.
    • Kelebihan: Keputusan yang diambil lebih sejalan dengan prinsip dan etika yang dianut.
    • Contoh: Seorang guru memilih untuk memberikan kesempatan kedua kepada siswa yang melakukan kesalahan, karena percaya pada nilai-nilai kemanusiaan.
  3. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
    • Fokus: Mengacu pada aturan, kebijakan, atau prosedur yang berlaku sebelum mengambil keputusan.
    • Kelebihan: Keputusan yang diambil lebih konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan.
    • Contoh: Seorang guru mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam memberikan nilai rapor siswa.
  4. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
    • Fokus: Mempertimbangkan tujuan akhir yang ingin dicapai sebelum mengambil keputusan.
    • Kelebihan: Keputusan yang diambil lebih fokus pada hasil yang diharapkan.
    • Contoh: Seorang guru memilih untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan prestasi siswa dalam bidang tertentu.


Mengapa 4 Paradigma Ini Penting?

Memahami keempat paradigma ini sangat penting bagi guru karena:

  • Membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih komprehensif. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek, guru dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dan efektif.
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran. Keputusan yang baik akan berdampak positif pada proses pembelajaran dan hasil yang dicapai siswa.
  • Membentuk karakter siswa. Guru sebagai model bagi siswa, sehingga pengambilan keputusan yang bernilai akan menginspirasi siswa untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang baik.

Kesimpulan

Keempat paradigma pengambilan keputusan ini saling melengkapi dan tidak berdiri sendiri. Seorang guru yang efektif akan mampu menggabungkan keempat paradigma ini dalam setiap pengambilan keputusan. Dengan demikian, guru dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang inspiratif dan mampu menciptakan lingkungan belajar yang positif dan kondusif.

Continue reading Ruang Kolaborasi Sesi Diskusi Modul 3.1
,

Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 


Sebagai seorang pendidik, memahami dan mengamalkan etika adalah suatu keharusan. Etika dan nilai-nilai kebajikan yang terkandung didalamnya tidak hanya menjadi pedoman dalam menjalankan tugas, tetapi juga menjadi alat untuk membentuk karakter siswa dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Sekolah, sebagai institusi moral, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan nilai-nilai etika.

Peran guru di era digital ini mengalami transformasi yang signifikan. Selain menjadi penyampai ilmu pengetahuan, guru juga berperan sebagai:

  • Fasilitator Pembelajaran: Guru menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendorong siswa untuk aktif mencari dan membangun pengetahuan sendiri.
  • Mentor: Guru memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa dalam mengembangkan potensi diri mereka.
  • Model Peran: Guru menjadi contoh yang baik bagi siswa dalam hal perilaku, sikap, dan nilai-nilai.
  • Pengelola Teknologi: Guru menguasai teknologi untuk mengintegrasikan pembelajaran dengan berbagai alat digital.
  • Pembangun Karakter: Guru berperan dalam membentuk karakter siswa, menanamkan nilai-nilai moral dan sosial.

Anda adalah seorang pimpinan sekolah. Suatu saat Anda dilaporkan bahwa salah satu guru Anda memberikan les privat kepada beberapa murid tertentu. Guru yang memberikan les tersebut sedang membutuhkan dana tambahan untuk keperluan obat bagi istrinya yang sedang sakit keras. Namun di sisi lain, murid-murid yang mengikuti les privat bisa mendapatkan soal-soal yang akan dijadikan bahan tes, dan hasil tes mereka bisa menjadi sangat baik dibandingkan dengan hasil tes murid-murid lain yang tidak mengikuti les.  Apa yang akan lakukan Anda lakukan bila Anda adalah kepala sekolah? Mengapa? Apakah ada dua nilai kebajikan yang saling berbenturan? Bila ada, nilai-nilai kebajikan apa saja yang saling bersinggungan?

Situasi ini menyajikan dilema antara keadilan dan empati. Saya perlu mencari solusi yang adil bagi semua siswa, namun juga menunjukkan kepedulian terhadap kesulitan yang dihadapi guru. Dengan berpegang pada prinsip-prinsip etika, saya berharap dapat menemukan jalan tengah yang terbaik untuk semua pihak. Melalui dialog dan kolaborasi, kita dapat membangun solusi yang tidak hanya mengatasi masalah saat ini, tetapi juga memperkuat integritas sekolah

Tuliskan jawaban Anda pada kolom dibawah ini!

Your answer:

Kasus yang saya tuliskan dalam pembelajaran mualai dari diri tadi adalah

Suatu ketika, saya dihadapkan pada situasi di mana seorang siswa mengalami kesulitan belajar. Sebagai seorang guru, saya merasa bertanggung jawab untuk membantu siswa tersebut. Namun, saya juga menyadari bahwa saya tidak dapat mengatasi masalah ini sendirian.

Dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan yang telah saya internalisasi, saya memutuskan untuk melibatkan beberapa pihak, yaitu:

Saya berkomunikasi dengan orang tua siswa untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kesulitan yang dialami oleh anaknya di rumah.
Saya berdiskusi dengan rekan guru yang mengajar mata pelajaran lain untuk mencari tahu apakah siswa tersebut juga mengalami kesulitan di mata pelajaran lain.

Dari kasus tersebut termasuk ke dalam bujukan moral karena secara keseluruhan, pendekatan ini menunjukkan bahwa sebagai pendidik, saya tidak hanya fokus pada kurikulum, tetapi juga pada kesejahteraan holistik siswa. Menghadapi masalah pendidikan dengan melibatkan berbagai pihak dan menghargai nilai-nilai kebajikan akan membantu menciptakan solusi yang lebih efektif dan berkelanjutan.

 

 

 

Kasus Dilema Etika

Rekan guru saya sebut saja Bu Ani adalah seorang guru Bahasa Indonesia di sekolah kami. Ia dikenal sebagai guru yang kreatif dan disukai siswa. Namun, belakangan ini, Bu Ani sering datang terlambat ke sekolah. Hal ini sudah beberapa kali menjadi perhatian kepala sekolah. Kepala Sekolah telah beberapa kali mengingatkan Bu Ani namun hal tersebut tidak banyak mengubah kebiasaan Bu Ani. Akhirnya, Pak Kepala Sekolah memutuskan untuk memberikan teguran di WA Group sekolah kepada Bu Ani sebagai sangsinya.

  1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?

-          Bu Ani dikenal kreatif, namun kurang disiplin dalam hal waktu.

  1. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ?

-          Bu Ani (guru)

-          Pak Budi (kepala sekolah)

-          Siswa

-          Sekolah

  1. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

-          Bu Ani sering terlambat.

-          Kepsek telah memberikan teguran beberapa kali.

-          Bu Ani dikenal kreatif dan disukai siswa.

-          Tidak diketahui alasan pasti Bu Ani sering terlambat.

  1. Mari kita lakukan pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut.

-          Uji Legal: Tidak ada pelanggaran hukum yang jelas dalam kasus ini, kecuali jika ada perjanjian kerja yang secara spesifik mengatur sanksi atas keterlambatan.

-          Uji Regulasi: Ada potensi pelanggaran kode etik guru, terutama terkait dengan profesionalisme dan ketepatan waktu.

-          Uji Intuisi: Secara intuitif, keterlambatan yang berulang dapat mengganggu proses belajar mengajar dan memberikan contoh yang kurang baik bagi siswa.

-          Uji Publikasi: Jika keputusan dipublikasikan, kemungkinan besar akan menimbulkan berbagai reaksi, baik positif maupun negatif. Bu Ani mungkin merasa malu atau tertekan, sementara pihak sekolah mungkin mendapat sorotan negatif.

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut?

-          Paradigma dilema etika yang mungkin terjadi adalah keadilan vs belas kasihan. Di satu sisi, Bu Ani harus bertanggung jawab atas tindakannya dan mendapatkan sanksi yang sesuai. Di sisi lain, mungkin ada alasan yang dapat meringankan kesalahannya.

  1. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, prinsip mana yang akan dipakai?

Prinsip yang dapat digunakan adalah prinsip keadilan dan prinsip kemanusiaan. Keadilan mengharuskan Bu Ani mendapatkan konsekuensi atas tindakannya, namun kemanusiaan mengharuskan kita untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi perilakunya.

  1. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?

Mediasi: Mengadakan mediasi antara Bu Ani dan Pak Budi untuk mencari solusi bersama.

Program mentoring: Memberikan mentoring kepada Bu Ani untuk membantu mengatasi masalah yang mendasarinya.

Penyesuaian tugas: Memberikan tugas yang lebih fleksibel kepada Bu Ani, jika memungkinkan.

  1. Apa keputusan yang akan Anda ambil?

Keputusan yang diambil sebaiknya mempertimbangkan semua aspek, baik dari segi aturan, etika, maupun kemanusiaan. Salah satu opsi adalah memberikan teguran tertulis, namun juga menawarkan solusi untuk membantu Bu Ani mengatasi masalah keterlambatannya.

  1. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Setiap keputusan memiliki konsekuensi. Penting untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan yang diambil, baik bagi individu yang terlibat maupun bagi institusi.

 

Continue reading Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin