CGP
menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat
refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama pembelajaran pada modul 2.
Pertanyaan
Pemantik?
Bagaimana
peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi
sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran
sosial dan emosional?
Sebagai seorang coach di
skeolah, peran saya adalah menjadi fasilitator, pembimbing dan pendukung bagi
guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efektif. Keterkaitan dengan
materi paket modul 2, yaitu Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Sosial
dan Emosional (PSE) adalah saya membantu atau memfasilitasi guru memahami dan
mengimplementasikan kedua pendekatan ini dalam pengelolaan kelas mereka.
Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru untuk menyesuaikan pembelajaran
sesuai kebutuhan peserta didik yang beragam, sementara PSE menekankan
pentingnya membangun keterampilan emosional dan sosial peserta didik. Peran
saya memastikan bahwa guru mampu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif,
merespon kebutuhan akademik dan emosional peserta didik secara seimbang
sehingga terwujudnya kesejahteraan psikologis baik guru maupun peserta didik.
Bagaimana
keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kopetensi sebagai
pemimpin pembelajaran?
Keterampilan coaching
sangat erat kaitannya dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin
pembelajaran. Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu memberikan bimbingan
strategis, keterampilan coaching memungkinkan kita membantu guru
mengidentifikasi pengembangan kompetensi mereka dan merancang langkah-langkah
peningkatannya. Dalam pendekatan coaching substansinya adalah membangun
hubungan dan kepercayaan. Sebagai coach, harus mampu membangun hubungan yang
kuat dengan guru sehingga akan menciptakan lingkungan yang mendukung kompetensi
profesional, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja dalam pembelajaran. Serta
dengan coaching akan mengembangkan budaya refleksi, mendorong guru untuk terus
merefleksikan praktik pembelajaran, mampu mengidentifikasi hambatan dan
berinovasi dalam proses pembelajaran.
Kesimpulan
Pembelajaran
Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE), dan Praktik Coaching
merupakan tiga komponen saling terkait yang memiliki tujuan bersama:
memaksimalkan potensi setiap siswa. Ketiga komponen ini membentuk suatu
ekosistem pembelajaran yang dinamis, di mana:
Pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan guru
untuk menyesuaikan pengajaran agar sesuai dengan kebutuhan, gaya belajar,
dan minat yang beragam dari setiap siswa.
Pembelajaran sosial-emosional fokus pada
pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa, sehingga mereka
dapat belajar secara efektif dan membangun hubungan yang positif dengan
orang lain.
Praktik coaching berperan sebagai katalisator
yang memfasilitasi guru dalam mengimplementasikan pembelajaran
berdiferensiasi dan PSE. Melalui proses coaching, guru didorong untuk
terus belajar, berefleksi, dan mengembangkan praktik terbaik.
Demons
kali ini saya dibantu oleh Bu Intan dan
Bu Padmi yang merupakan CGP dari Fasil yang berbeda. Kami melaksanakan kegiatan praktik percakapan coaching ini
menggunakan alur supervisi akademik untuk pengembangan kompetensi
coaching. Pada kegiatan ini saya berperan sebagai Supervisor, Bu Intan sebagai Coach
dan Bu Padmi sebagai Coachee.
Pengalaman mempraktikkan coaching bersama CGP yang
berbeda fasil ini tentu pengalaman yang sangat
berharga. Kami bertiga sama-sama tumbuh dan belajar dari setiap interaksi. Saya
merasakan kepuasan saat melihat coachee menemukan solusi atas tantangan yang
dihadapinya. Sebagai coachee, saya merasa terbantu untuk mendapatkan perspektif
baru dan meningkatkan kesadaran diri. Sementara itu, sebagai observer, saya
mengamati dinamika kelompok dan mendapatkan wawasan tentang bagaimana proses
coaching yang efektif berlangsung. Melalui refleksi bersama setelah sesi, kami
semakin memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing, serta menemukan area
yang perlu kami tingkatkan. Rekaman sesi ini akan menjadi referensi berharga
bagi kami untuk terus mengembangkan kemampuan coaching di masa mendatang.
Pada Ruang Kolaborasi Sesi
Praktik ini, Saya bersama bu Lucya melakukan
paktik percakapan coaching dengan alur TIRTA dengan ketentuan
sebagai berikut:
Kami secara bergantian, melakukan percakapan coaching dengan
model TIRTA baik sebagai coach maupun sebagai coachee.
Topik atau hal yang dijadikan bahan percakapan coaching
kami yaitu mengenai kurangngya keaktipan siswa dalam mengerjakan tugas.
Memberikan refleksi masing-masing dengan format refleksi
yang disediakan.
Refleksi dari latihan coaching
Apa yang sudah berjalan baik selama percakapan?
Saya dapat fokus dengan coachee, sehingga coachee
leluasa dan bersifat terbuka
Saya telah memandu percakapan coachind berdasarkan
alur TIRTA
Saya dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot dan
mendengarkan dengan aktif
Saya dapat menggali potensi yang dimiliki coache dan
mengarahkannya untuk menemukan ide-ide pemecahan maslah.
Apa yang masih perlu diperbaiki/ditingkatkan?
Hal yang perlu saya tingkatkan yaitu berlatih
mendengarkan dengan RASA terkhusus pada saat mengapresiasi coachee dalam
mengungkapkan kendala maupun solusi yang akan ditindaklanjuti
Apa yang Bpk/ibu lakukan untuk tetap dalam kondisi
presence (kehadiran penuh) sebelum dan saat melakukan coaching?
Memberikan perhatian penuh pada coachee. dengan
menatap dengan serius. Hindari gangguan dari ponsel atau pikiran lain.
Mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan
coachee, baik verbal maupun nonverbal.
Memberikan umpan balik yang berfokus pada kekuatan dan
area pengembangan coachee.
Setelah CGP memahami konsep coaching dalam
konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching,
Percakapan coaching dengan alur TIRTA dan supervisi akademik
yang menggunakan paradigma berpikir coaching baik melalui
pembelajaran mandiri dan diskusi. Maka proses selanjutnya kegiatan
berkolaborasi dengan rekan Calon Guru Penggerak lainnya untuk membentuk
komunitas praktisi secara daring.
Adapun tujuan pembelajaran pada Rukol modul 2.3 ini ini yakni CGP
dapat membentuk komunitas praktisi dengan sesama CGP untuk berlatih melakukan
praktik percakapan coaching dengan alur TIRTA. Pada kegiatan Rukol ini kami
dibagi kami ke dalam empat kelompok.
Ruang Kolabroasi Modul 2.3 sesi diskusi sedikit berbeda untuk saya
pribadi. Pada saat kegiatan saya sedang melaksanakan ibadah umroh. Akan tetapi tugas kegiatan Rukol dapat berjalan
dengan lancar. Pada kegiatan
praktik coaching saya di bantu oeh Ibu Lucya.
Pada sesi latihan ini, Saya
bersama Bu Lucya berlatih
percakapan coaching dengan alur TIRTA dengan ketentuan sebagai
berikut:
Secara bergantian, sepasang CGP akan berlatih
percakapan coaching dengan model TIRTA baik sebagai coach maupun
sebagai coachee. Pada sesi 1, CGP X akan menjadi coach bagi
CGP Y. Berikutnya, CGP Y akan menjadi coach bagi CGP X.
Topik atau hal yang akan dijadikan bahan
percakapan coaching bisa merupakan situasi sehari-hari
baik sebagai seorang guru maupun pribadi. Bahkan, bisa merupakan topik
yang sangat sederhana.
Pastikan langkah-langkah dalam percakapan coaching alur
TIRTA dalam berlatih percakapan coaching dipraktikkan
dengan baik
Setelah bergantian berlatih mempraktikkan percakapan coaching, setiap
CGP akan memberikan refleksinya masing-masing dengan format refleksi yang
disediakan.
Elaborasi
pemahaman kali ini secara mendalam membahas
konsep coaching dalam konteks supervisi akademik. Instruktur menyoroti pentingnya peran seorang coach
dalam membantu individu, khususnya pendidik, untuk menggali potensi diri,
mengembangkan diri, dan mencapai tujuan profesional.
Poin-poin
penting yang dibahas meliputi:
Paradigma
berpikir coaching: Instruktur
menjelaskan perbedaan antara coaching, konsultasi, dan evaluasi. Coaching
menekankan pada pengaktifan potensi diri individu melalui
pertanyaan-pertanyaan yang bermakna dan pendampingan yang suportif.
Kompetensi
inti coaching: Present,
mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot adalah tiga
kompetensi utama yang harus dimiliki seorang coach.
Alur
percakapan coaching:Menyajikan alur percakapan coaching yang
efektif, mulai dari perencanaan hingga refleksi.
Peran
coaching dalam supervisi akademik: Coaching dapat digunakan untuk membantu pendidik dalam berbagai
aspek, seperti perencanaan pembelajaran, pemecahan masalah, dan
pengembangan diri.
Pentingnya
kesadaran diri: Seorang
coach harus memiliki kesadaran diri yang kuat untuk dapat menciptakan
suasana yang kondusif bagi coaching dan memberikan respons yang tepat
terhadap klien.
Tujuan
utama dari coaching ini adalah:
Memberikan
pemahaman yang komprehensif tentang coaching.
Menunjukkan
bagaimana coaching dapat diterapkan dalam konteks supervisi akademik.
Membekali
peserta pelatihan dengan keterampilan coaching yang diperlukan.
Coaching
adalah sebuah proses yang powerful untuk membantu individu mencapai potensi
maksimalnya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip coaching, pendidik dapat menjadi
lebih efektif dalam menjalankan tugasnya dan berkontribusi pada peningkatan
kualitas pendidikan.
Tuliskan
elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari
beberapa definisi coaching yang telah disajikan!
Your
answer:
Elemen-elemen
penting dari coaching yang telah disajikan yaitu kolaboratif antara
coaching dan coachee, memaksimalkan potensi coachee dengan tujuan
untuk menjadi lebih baik, memfasilitasi pengembangan diri dan peningkatan performa kerja. Perlu
kolaborasi antar coach dan coachee untuk menemukan solusi dari masalah. Coach
memiliki peran sebagai fasilitator yang akan menawarkan alternatif penyelesaian
bagi coachee. Namun keputusan tetap ada di coachee, coaching merupakan suatu
alat yang digunakan untuk membantu coachee. Coaching lebih kepada membantu
seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya.
Sebagai
guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut
di sekolah Anda baik kepada murid maupun rekan sejawat Anda? Jika jawaban anda
"ya", berilah contoh dan penjelasannya!
Your
answer:
Coaching pernah saya lakukan
di sekolah saya, baik dengan murid maupun dengan rekan sejawat. Coaching pada
murid yaitu Ketika membimbing murid dalam membina lomba-lomba yang diikuti,
menggali ide dan potensi murid sehingga mereka siap untuk mengikuti lomba.
Kemudian coaching yang pernah saya lakukan dengan rekan sejawat yaitu mengajarkan
dan mengarahkan rekan sejawat dalam menggunakan aplikasi raport
dan ekinerja serta aplikasi lain yang dapat mendukung
proses pembelajaran.
Setelah
membaca definisi-definisi mengenai mentoring, konseling, fasilitasi
dan training, tuliskan yang Anda ketahui mengenai mentoring, coaching,
konseling, training dan fasilitasi.
Your
answer:
Mentoring
adalah kegiatan dimana sesorang memberikan solusi dari masalah berdasarkan
pengalaman yang telah dilalui baik untuk mengatasi atau mencegah. Coaching
dimana lebih kepada membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya.
Konseling terdapat kontak langsung dengan individu yang tujuannya memberikan
bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.Training usaha terncana untuk
memfasilitasi tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan keahlian dan
perilaku para pegawai. Fasilitasi adalah proses dimana sesorang dapat diterima
oleh seluruh anggota kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan
menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan
efektivitas kelompok itu.
Dalam
berinteraksi di sekolah, ceritakan pengalaman Anda ketika berperan
sebagai coach, mentor, konselor, fasilitator, dan trainer.
Your
answer:
Sebagai
seorang guru, saya tentunya pernah berperan sebagai coach, mentor, konselor,
fasilitator, dan trainer. Berikut adalah beberapa contoh pengalaman saya dalam
peran-peran tersebut:
1.
Coach: saya pernah menjadi coach bagi siswa yang mengalami kesulitan
menyelesaikan tugas-tugas. Saya membantu siswa tersebut untuk menetapkan tujuan
belajar mereka, memberikan dukungan dan bimbingan, dan memberikan umpan balik
tentang kinerja mereka.
2.
Mentor: saya pernah menjadi mentor bagi seorang siswa yang baru saja pindah ke
sekolah saya. Saya membantu siswa tersebut untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolah barunya, membantu siswa tersebut mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi sehingga ia mampu menyesuaikan dirinya.
3.
Konselor: saya pernah menjadi konselor bagi seorang siswa yang mengalami
masalah keluarga. Saya mendengarkan cerita siswa tersebut, memberikan dukungan
dan bimbingan, dan membantu siswa tersebut untuk mencari solusi atas
masalahnya.
4.
Fasilitator: saya pernah menjadi fasilitator dalam sebuah diskusi kelompok
tentang kiat sukses menjadi seorang guru inspiratif. Saya membantu peserta
diskusi untuk tetap fokus pada tujuan diskusi, memastikan bahwa semua peserta
memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk belajar dan berbagi.
5.
Trainer: saya pernah menjadi trainer dalam sebuah pelatihan tentang
keterampilan mengajar. Saya memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
peserta pelatihan tentang cara mengajar yang efektif.
Reflektif
terkait supervisi akademik dan pengembangan kompetensi diri
1.Selama
menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi
oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi?
Awal
menjadi guru ketika diobservasi saya merasa gugup karena ada rasa khawatir,
takut Kepala Sekolah menemukan kesalahan saya dalam administrasi maupun dalam
mengajar. Akan tetapi itu tidak berlangsung lama karena saya menyadari
observasi ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas guru karena selama
diobservasi Kepala Sekolah tidak hanya menemukan kelemahan saya akan tetapi
kekuatan yang saya miliki dan dengan adanya masukan dari Kepala Sekolah saya
mengetahui bagian mana yang harus saya tingkatkan sehingga strategi
pembelajaran yang saya terapkan benar-benar efektif.
2.Pengalaman
saya pada saat diobservasi, ketika kepala sekolah mulai melakukan observasi,
suasana di kelas tidak seperti biasanya, siswa juga tidak terbiasa dengan
kehadiran Kepala Sekolah dan saya
sedikit cemas karena khawatir tidak dapat menampilkan yang terbaik. Kepala Sekolah
memilih duduk di bagian tengah kelas dimana ketika itu ada bangku yang kosong,
mengamati interaksi antara guru dan siswa, metode pengajaran, serta respon
siswa terhadap materi yang disampaikan. Setelah
observasi selesai, Kepala Sekolah memberikan feedback apresiasi atas hal-hal
yang telah saya lakukan dengan baik serta saran untuk perbaikan di masa
mendatang.
3.Proses supervisi akademik yang ideal
menurut saya adalah proses supervisi :
Praktis,
artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah
Sistematis, artinya dikembangkan sesuai
perencanaan program supervisi yang matang dan sesuai tujuan pembelajaran
Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek
instrumen
Realistis, artinya berdasarkan kenyataan
sebenarnya
Antisipatif, artinya mampu menghadapi
masalah-masalah yang memungkinkan terjadi
Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas
dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran
Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik
antara kepala sekolah dan guru dalam mengembangkan pembelajaran
Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling
asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran
Demokratis, artinya kepala sekolah tidak
boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik
Aktif artinya guru dan kepala sekolah harus
aktif berpartisipasi
Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan
kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan
penuh humor
Berkesinambungan,
artinya supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
Jika
saya saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan
supervisi, dan saya diminta menilai diri saya sendiri, menurut saya, saya
berada di posisi 8, masih perlu banyak belajar untuk mencapai posisi 10,
tapi saya memiliki semangat untuk selalu terus memperbaiki diri dan
belajar hingga saya menilai pada posisi 8 tersebut.
Aspek
yang saya butuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal itu adalah
kompetensi teknis dan pedagogik, Kemampuan observasi yang baik, Kemampuan
memberikan umpan balik yang efektif, kemampuan analisis dan evaluasi
proses pembelajaran yang berlangsung, kemampuan mendengarkan dan
keterbukaan, kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan memotivasi
dan memberikan dukungan dengan baik kepada guru, serta kemampuan coaching
yang baik.
Harapan
terkait modul
Harapan
saya sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini adalah
Saya dapat secara aktif menetapkan tujuan,
membuat rencana, dan menentukan cara untuk mencapainya dalam meningkatkan
kompetensi dan kematangan diri saya.
Saya dapat memfasilitasi guru lain dalam
mengevaluasi pembelajaran berdasarkan data dan tingkat pencapaian murid.
Saya terampil menerapkan pendekatan coaching untuk
pengembangan diri, guru dan rekan sejawat.
Kegiatan, materi, manfaat yang saya
harapkan ada dalam modul ini adalah
1. Kegiatan:
·Coaching/mentoring, yaitu kegiatan
yang memfasilitasi guru dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan saya
dalam mengajar, serta membantu saya dalam merencanakan upaya perbaikan.
·Diskusi dan refleksi, yaitu kegiatan
yang memungkinkan saya untuk berdiskusi dengan supervisor atau mentor mengenai
pengalaman mengajar, serta merefleksikan pengalaman saya untuk
meningkatkan kemampuan mengajar.
·Observasi dan umpan balik
2. Materi:
·Keterampilan coaching.
·Keterampilan mengajar, yaitu materi
yang berfokus pada pengembangan keterampilan mengajar guru, seperti teknik
mengajar, manajemen kelas, penggunaan teknologi dalam pembelajaran, dan lain sebagainya.
·Pengetahuan dan pemahaman kurikulum,
yaitu materi yang berfokus pada pemahaman dan penguasaan kurikulum yang
diimplementasikan dalam sekolah.
·Penilaian dan evaluasi, yaitu materi
yang berfokus pada pengembangan keterampilan guru dalam melakukan penilaian dan
evaluasi pembelajaran siswa, serta pemahaman tentang prinsip-prinsip penilaian
yang baik dan benar.
3. Manfaat:
·Meningkatkan keterampilan coaching
untuk teman sejawat
·Meningkatkan kemampuan mengajar guru
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
·Meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pengajaran guru.
·Meningkatkan kualitas dan hasil
pembelajaran siswa.
·Meningkatkan motivasi dan
kepercayaan diri guru dalam mengajar.
·Meningkatkan kemampuan guru untuk
melakukan penilaian dan evaluasi pembelajaran siswa secara efektif.
·Meningkatkan pengembangan dan
pemahaman kurikulum
Pada kesempatan ini saya akan memaparkan refleksi selama mengikuti pembelajaran Daring yang sudah dilakukan pada Modul 1.2 Tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model model 4C (Connectian; 2. Concep; 3. Challenge; dan 4. Change)
Dalam
melakukan berbagi praktik Pembelajaran
sosial emosiaonal (PSE) kepada rekan sejawat terlihat Bpk/ibu cukup antusias walaupun
tanpa disadari mereka sudah pernah menerapkan di dalam kelas hanya saja belum
rutin dilakukan serta belum terintegrasi dalam perangkat pembelajaran (RPP). Rekan
sejawat yang mendapatkan diseminasi banyak bertanya terkait RPP yang
terintegrasi dengan PSE. Pada diseminasi ini saya berusaha mewujudkan
Pembelajaran sosial emosianal (PSE) dengan menggunakan kesadaran penuh
(mindfulness) demi mewujudkan kesejahtraan sosial (well-being).
Perasan :
Pada
kegiatan berbagi Aksi Nyata ini saya masih dalam tahap belajar, karena sebelum
mengikuti PGP ini saya sangat jarang sekali melakukan kegiatan Pembelajaran Sosial Emosional.
Ada kekhawatiran dari saya tidak dapat berbagi secara maksimal. Tapi syukurnya di
sekolah kami saat ini ada 7 orang yang mengikuti PGP sehingga kami banyak
berdiskusi bagaimana cara terbaik mengintegrasikan PSE kedalam Modul Ajar/ RPP
dan berbagi pemahaman tentang PSE kepada rekan sejawat.
Pembelajaran :
Kegiatan
berbagi praktik baik/ aksi nyata PSE ini merupakan bentuk pengembangan
profesional yang berkelanjutan.Kegiatan berbagi aksi nyata PSE
merupakan investasi yang sangat berharga bagi pengembangan profesional guru dan
peningkatan kualitas pendidikan. Dengan saling berbagi pengetahuan dan
pengalaman, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan
mendukung bagi semua siswa.
Umpan balik yang di dapatkan dari
kegiatan ini adalah bagaiman mempratikan kesadaran penuh (mindfulness) kepada
rekan-rekan guru sebelum diterapkan kepada murid-murid dalam mengelola sosial
emosional menjadi energi positif. Dengan mindfulness melalui teknik STOP kita
dapat memfokuskan diri dan menghilangkan kepenatan yang ada dalam diri,
sehingga dapat menyerap ketenangan dan energi positif sehingga dapat
menstabilkan jiwa dan pikiran
Penerapan :
Saya
ingin menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional kepada seluruh murid dengan
kesadaran penuh (mindfulness) maupun implementasi 5 PSE yang lain dalam
kegiatan pembelajaran sehingga siswa mampu mengelola sosial emosionalnya dan
menjadi
individu yang utuh, tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi dengan kesadaran diri, manajemen diri,
keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Apa kesimpulan tentang perubahan
pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah
mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)
merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas
sekolah. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga
kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:
·Menetapkan dan mencapai tujuan positif(pengelolaan diri)
·Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran
sosial)
·Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
(keterampilan berelasi)
·Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab).
Urgensi Pembelajaran Sosial dan
Emosional adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyamanagar seluruh individu di sekolah dapat
meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being)
secara optimal.
Dalam penelitian tentang Pembelajaran
Sosial dan Emosional:
·Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik
lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di
kelaskarena mereka dapat bekerja lebih
baik dengan murid.
·Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang
diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan,
pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.
Pembahasan di atas sejalan dengan
peran pendidikyang disampaikan Ki Hajar
Dewantara. Pendidik adalahpenuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,agarmerekasebagaimanusia dan anggotamasyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kesadaran akanproses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh
kembang murid secara holistiksudah
menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori
Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL (Collaborative for
Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org)
sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan
berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama
sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian
ini, bertujuan untukmendorong
perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasiantara berbagai pihak dalam komunitas
sekolah.
Dengan mencermati diagramhasil di atas, kita semakin memahami
urgensiPSE, yaitu peningkatan
kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih
positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang
lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat
menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang
kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar
akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Well-beingadalah sebuah kondisiindividu yang memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan
dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Apa kaitan pembelajaran sosial dan
emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?
·Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.1
Filofofi Pemikiran KHD. Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat
menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga
menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai
keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat
dalam proses belajarnya.
·Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.2
Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial dan emosional,
guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan
emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid
serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong
kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.
·Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.3
Visi Guru Penggerak. Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi
yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan
pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan
berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan
dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
·Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 1.4
Budaya Positif. Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dan murid dapat
mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan
dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh
dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan
kelas dengan sebaik mungkin.
·Keterkaitan pembelajaran sosial emosional dengan modul 2.1
Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran
Berdiferensiasi. Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan
pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan
pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya
kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi
diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin
menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.
Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa kompetensi
sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya sejalan dengan
pertumbuhan dan perkembangan murid sehingga dalam pembelajaran di kelas saya
lebih berfokus fokus pada proses penyampaian materi (kognitif) sesuai dengan
kurikulum. Setelah mempelajari modul ini, ternyata pembelajaran berbasis sosial
emosional perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kesiapan , ketertarikan,
dan fokus murid dalam memulai pembelajaran untuk adalah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman dan nyamanagar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik
dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman
dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat
meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis
(well-being),3 hal mendasar dan penting
yang saya pelajari adalah:
·5 kompetensi sosial emosional melalui peningkatan perilaku
positif.
·Kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan
kompetensi sosial emosional.
·Pengintergasian KSE di kelas maupun di lingkungan sekolah.
Berkaitan dengan soal diatas, perubahan yang akan saya
terapkan dikelas dan sekolah:
·bagi murid-murid:
menerapkan KSE dalam pembelajaran dan memasukan implementasi
KSE tersebut dimodul ajar.
·bagi rekan sejawat:
berbagi praktek baik penerapan KSE dalam pembelajaran,
berupaya konsisten untuk menjadi rekan yang baik, teladan, menjalin komunikasi
dan berkolaborasi dengan baik.